RSS

My name is Shindy Viandra Charmelita. My Purposed is being a succes people in everywhere i will stayed next day, So, here is it my BLOG,my travelling to be a succes people next day

Si Cengeng Versus Si Tegar

Menurut mbak Setiawati Intan Savitri, M.Si yang dikutip dalam bukunya "Jangan jadi perempuan cengeng" ternyata ketegaran seseorang berbanding lurus dengan optimisme yang dia milki. Optimisme adalah senantiasa berpikir positif , memiliki harapan yang baik dan keyakinan bahwa ia akan berhasil.

Menurut Dr. Aid Al-Qami, optimisme adalah cahaya. Tetaplah optimistis, meskipun ada di dalam badai. Tetaplah memiliki harapan yang baik, meskipun engkau ada di dalam sebuah suasana yang sangat menekan.

Rasa optimisme yang mendalam, akan melahirkan semangat PURSUIT OF WELL BEING yakni naluri untuk mengejar perasaan lebih sejahtera, alias gak mau nyerah begitu saja dengan kondisi yang menimpa. Dan orang-orang seperti ini, ternyata yang justru kemudian berhasil dalam lini-lini kehidupan yang lain.

Allah sendiri menyuruh kita untuk tidak berputus asa:
"Dia (Ibrahim berkata) :'Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Rabbnya kecuali orang-orang sesat'"(Qs.AlHijr:56)

Kita semua kudu sadar bin paham, bahwa semua orang, nggak cowok, nggak cewek, memang akan diuji dengan berbagai permasalahan. Ini sunatullah! namun, justru permasalahan inilah yang akan membuat seseorang akan menjadi kuat dan cakap melakukan sesuatu. Coba lihat bagaimana bayi belajar berjalan. Pertamanya pasti akan tertatih-tatih, jatuh, bahkan terluka. Namun, jika ia berhenti mencari masalah, maka ia benar-benar nggak bisa berjalan kan?? kOleh karena itu, ketika bayi jatuh dan terluka, orang tuanya tidak akan sedih dan melarang bayinya belajar berjalan.

Otot kita akan kuat mengangkat beban dan nggak gampang sakit jika sering mengalami tekanan, yakni latihan-latihan alias olahraga perasaan. Bukankah olahraga pasticapek dan pegal?? Diawal-awal kebiasaan olahraga emang terasa se;uruh tubuh remuk. Tetapi kalau sudah terbiasa, badan akan terasa nyaman, kuat dan sehat. Justru kalau nggak olahraga jadi terasa lemah, dan gak bersemangat.

Begitu juga dengan psikologi kita, kalau nggak dilatih dengan tempaan problematika, dengan berbagai 'kesakitan', juga akan lembek, gampang sakit dan terpental meskipun hanya dengan 'pukulan' yang nggak terlalu telak.

Nah, lain lagi jika mereka yang mengalami depresi hanya karena masalah sepele. Mereka nggak berani menerjunkan diri dalam pusaran masalah, alias lari dari proses latihan yang semestinya justru akan membuat mereka bijak. Mereka suka kabur dari problem. Atau, mereka selalu memandang negatif segala sesuatu yang muncul dalam hidup kita. Pokoknya maunya yang enak-enak aja. Ibarat seorang bayi yang pingin langsung bsa berjalan tanpa harus mengalami proses jatuh bangun, luka dan kesakitan.

Orang seperti ini jiwanya kerdil, pikirannya picik, dan selalu diliputi rasa was-was dan curiga. Dia juga nggak berani menghadapi tantangan, dan persis kayak kerupuk, kelihatannya besar dan renyah, namun begitu terkena sedikit angin akan melempem dan menciut menjadi kecil. Ia biasa hidup dalam bayang-bayang orang lain, nggak punya prinsip dan selalu bergantung pada orang, alias gak bisa ngatasi permasalahan sendiri.Ini dia Si Cengeng sejati!! Orang yang sama sekali gak punya rasa optimisme.

Sangat berbeda dengan si tegar yang tak pernah lari dari masalah, meski tentu saja nggak suka bikin masalah. Ia adalah orang yang selalu berpikir dan berjiwa besar.

Ketika seseorang menganggap bahwa problematika hidup itu hanya sebuah riak-riak kecil yang justru positif untuk menempa ketegaran, maka dengan sendirinya dia akan mampu mengambil hikmah dari setiap musibah. Maka, dia dikatakan bisa berpikir besar, karena mengutamakan sesuatu yang besar yaitu tujuan hidupnya dan tidak menghabiskan pikirannya kepada hal-hal yang sifatnya kecil, yang mungkin hanya berupa kerikil kecil yang berserak di perjalanan hidupnya.

Jika orang terbiasa berpikir besar, maka ia akan memilki jiwa yang besar. Ketika ada sesorang yang menyakitinya, ia akan dengan mudah memaafkannya. Bukan justru memendam rasa sakit hati dan memikirkan cara membalas dendam yang lebih mengerikan...!!!

Menurut penelitian, memaafkan itu membuat tubuh terasa lebih rileks, dan organ-organ tubuh tak terlalu keras bekerja, sehingga dengan sendirinya tubuh akan sehat.

Luncurkan serangan sukses !!! dengan kepercayaan jujur dan tulus bahwa kita Insya Allah akan berhasil. Percayalah akan kebesaran dan tumbuhlah dalam kebesaran. Ini akan sangat membantu kita untuk mengatasi hempasan masalah yang mungkin akan menerpa kita di setiap waktu.

Hmmm...so, masalah! siapa Takut..!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Lomba Makan Pare Se-Dunia (copas dari temen)

Negeri Senyuman menyelenggarakan Lomba Makan Pare Sedunia. Lomba diikuti oleh tiga peserta yaitu Negeri Senyuman sebagai tuan rumah, Negeri Awan, dan Negeri Antah Berantah.

Lomba ini tergolong sangat sulit. Bayangkan, tiap peserta harus makan satu karung pare yang terpahit. Peserta tidak boleh keluar dari gelanggang jika pare tersebut belum dihabiskan semua. Peserta yang telah menghabiskan sepuluh buah pare, mendapat satu hadiah hiburan yang bertahap makin besar nilainya, hingga hadiah utama jika ia benar-benar mampu melahap satu karung pare itu.

Perlombaan dimulai. Peserta dari Negeri Awan tampak pucat setelah mengunyah pare pertamanya. Bahkan ia hanya mampu menghabiskan sebuah pare dan menyisakan sekarung penuh pare tanpa boleh keluar dari gelanggang.

Peserta dari Negeri Antah Berantah masih lumayan. Digigitnya pare bagiannya sedikit demi sedikit, dengan ekspresi wajah yang tak keruan. Mulutnya terus menggumam penuh keluh kesah yang tak tertahankan.

Peserta dari tuan rumah, Negeri Senyuman, tampil paling kreatif. Pare-pare itu dimasaknya menjadi santapan yang lezat. Memang sebetulnya tidak ada larangan dari panitia untuk mengolah pare itu lebih dulu, yang penting semua pare dapat masuk ke perut peserta lomba.

Sepuluh pare pertama ditumisnya, dicampur udang kecil dan cabe rawit. Sebelum dimasak, pare dilumatnya dulu dengan garam lalu dibilas, hingga makin hilang rasa pahitnya. Sepuluh pare kedua direbus dan dimakannya dengan siomay dan bumbu kacang hingga licin tandas. Aadapun sepuluh pare ketiga, diisinya dengan daging cincang lalu dikukus. Pare demi pare dihabiskannya hingga ia berhasil mendapatkan satu demi satu hadiah hiburan serta berhak menggondol hadiah utama.

Sahabat, lomba makan pare sedunia ini bagaikan masalah atau ujian hidup bagi kita. Ada tiga pilihan kita menjalaninya. Pertama, lari darinya, seperti peserta dari Negeri Awan kemudian menyisakan setumpuk persoalan yang tak terselesaikan.

Kedua, menjalani ujian dengan berat hati, seperti peserta dari Negeri Antah Berantah. Ia melalui satu demi satu ujian kehidupan dengan keluh kesah.

Ketiga, menikmati ujian seperti sang juara. Karena masalah dan ujian hidup itu adalah suatu kepastian yang harus dilalui setiap anak manusia, mengapa tak menghadapinya dengan lebih nikmat, walau sepahit apapun? Katakanlah pada setiap masalah yang menghampiri, “Selamat datang masalah, aku akan menghadapimu dengan senyuman, hingga dapat kucari solusimu dengan hati lapang dan tenang”.

Dengan sikap demikian, masalah tidak akan terlalu membuat hati kita sempit. Ujian hidup datang dan pergi sebagai konsekuensi atas eksistensi kita sebagai manusia. Menyelesaikan tiap masalah membuat kita bertambah cerdas dan dewasa sebagai bonusnya, bagaikan hadiah hiburan lomba makan pare di atas. Kita dapat memilih, untuk menjadikan masalah sebagai sesuatu yang kita nikmati. Seperti pahitnya pare yang dapat diolah menjadi tumis lezat, siomay pare, pare kukus, dan aneka makan nikmat lainnya. Selamat menikmati masalah, dengan senyuman.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS